Rabu, 19 Mei 2010

Masyarakat Membaca, Masyarakat Merdeka



Seperti tertuang dalam UUD 1945 salah satu tujuan negara yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, telah diupayakan secara nyata dalam dunia pendidikan. Program wajib belajar 9 tahun diupayakan pemerintah guna meningkatakan kualitas pendidikan di Indonesia, yang dibarengi dengan pembinaan minat baca masyarakat.

Tak henti-hentinya pemerintah menghimbau pembudayaan minat baca masyarakat di segala lapisan. Ada beberapa faktor yang menyebabkan mengapa membaca belum membudaya di Indonesia, diantaranya adalah membaca masih dianggap sebagai keterpaksaan. Seperti terlihat di saat menjelang musim ujian dan karena mengerjakan suatu tugas akhir atau skripsi, perpustakaan sekolah ataupun perpustakaan perguruan tinggi akan ramai dikunjungi oleh para murid dan atau mahasiswanya. Buku akan banyak dibaca menjelang masa-masa ujian maupun pada saat ada PR (Pekerjaan Rumah). Di kala senggang, buku belum menjadi pilihan untuk dibaca, masyarakat lebih memilih menonton televisi, dan menikmati berbagai acara yang disuguhkan, sehingga tak mengherankan jika akhir-akhir ini telah tumbuh berbagai televisi swasta.
Mahalnya harga buku masih menjadi alasan bagi masyarakat untuk tidak membeli buku. Bagi sebagian besar masyarakat, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja masih sulit, apalagi untuk membeli buku. Sebenarnya hal ini tidak sepenuhnya menjadikan alasan untuk tidak membaca buku, pemerintah telah menyediakan fasilitas baca umum dengan mendirikan perpustakaan umum di berbagai daerah bahkan telah merambah hingga tingkat desa dan RW. Yang perlu dibenahi adalah bagaimana peran serta perpustakaan itu sendiri dalam mendorong masyarakat untuk membaca.

Di sebagian besar negara maju seperti Jepang dan Amerika, membaca sudah menjadi budaya, walaupun ditengah-tengah hiruk-pikuknya kemajuan teknologi mereka. Sebenarnya kemajuan teknologi yang mereka hasilkan adalah merupakan akibat dari banyaknya membaca buku. Pengetahuan, mereka dapat dengan membaca buku dari penemu-penemu maupun peneliti-peneliti sebelumnya dan berusaha untuk mengkaji ulang dan mengembangkannya sehingga terciptalah teknologi baru yang lebih canggih dari generasi sebelumnya, begitu seterusnya. Sebaliknya masyarakat yang enggan membaca, bisa dikatakan masyarakat yang enggan untuk berkembang. Yang memprihatinkan dalam kultur budaya di Indonesia, budaya membaca belum menjadi suatu kebiasaan. Mereka lebih memilih sebagai pengguna dan pemburu teknologi canggih produk dari negara maju tersebut, bukan sebagai pencipta dari teknologi tersebut. Tanpa disadari sebenarnya masyarakat Indonesia masih ‘terjajah’ oleh teknologi canggih mereka. Sebagai contoh mereka berlomba-lomba untuk mengganti handphone dengan produk yang lebih canggih seperti blackberry yang pada saat ini masih menjadi trend, atau mengganti mobil lama dengan mobil baru yeng lebih canggih yang menawarkan fasilitas dengan fitur yang eksklusif, dan masih banyak lagi contoh lainnya yang hanya akan menambah devisa atau memperkaya mereka. Jika ditelusuri, barang-barang tersebut merupakan produk import dari negara yang lebih maju. Dan jika dikaji lebih dalam, mengapa mereka bisa lebih maju ? Jawabannya adalah Buku, Mengapa ? Karena mereka banyak membaca buku, bahkan buku sudah menjadi ‘nafas’ bagi kemajuan teknologi mereka.


Sebagai bahan perenungan bagi kita, jika kita tak ingin selamanya ‘terjajah’ oleh teknologi canggih negara maju, mengapa tidak dari sekarang kita merebut kembali ‘kemerdekaan’ kita. Semua itu dimulai dengan membaca. Budayakan membaca sebagai kebutuhan dan ‘makanan pokok’ dalam kehidupan sehari-hari. Jadikan kita sebagai Masyarakat “membaca”, menuju masyarakat “merdeka”.(Oleh Ratri Suci N., Pradipta, Agustus 2009)

2 komentar:

  1. Setuju mbak,

    Membaca merupakan salah satu pembuka wawasan kita, sebagai jendela dunia. Ini sudah pernah saya tulis di sini :

    http://halamanputih.wordpress.com/2009/01/05/jendela-dunia/

    BalasHapus